Gadis itu menghela napas. Dipandangnya sendu dedaunan yang berguguran. Sejenak dipejamkannya mata, mengingat lembaran kisah yang telah lama berlalu...
-Flashback-
"Huh, kamu berjalan terlalu cepat, Ken!"
"Yah... Kamu itulah yang terlalu lambat."
"Hei!"
"Hm..."
"Kenapa, Ken?"
"Tidak... Kupikir, sudah lama ya kita bersahabat."
"Lalu kenapa?"
"Yah... Aku hanya ingin mengubah status kita."
"Maksudmu?" Gadis itu menatap Ken penuh antisipasi.
"Maksudku... Kamu mau kan jadi pacarku?"
"Uh, em..." Gadis itu ragu. Sedikit. Sebenarnya inilah yang sudah ditunggu-tunggunya, tapi... Ia ragu. "Em..."
Hening menguasai. Ken menatap gadis itu penuh harap.Gugup, ya, ada.
"Ba-baiklah..." Pada akhirnya gadis itu menyanggupi, disambut peluk lelaki didepannya.
"Trims..."
-Flashback End-
Pelukan itu masih membekas. Gadis itu -Aleta- memeluk dirinya sendiri, berusaha menghilangkan rindu akan pelukan hangat itu. Ah...
Ini sudah masuk musim panas. Ia mendapatkan libur, tentu. Tapi musim panas kali ini diharapkannya tidak seperti tahun lalu. Sendiri dalam sepi. Kali ini, ia berencana pulang.
Entah, bagaimana kekasihnya yang berada nun jauh di negaranya itu. Apa masih setia, atau telah melupakannya? Ia tidak tahu, mereka lost contact oleh kesibukan masing-masing.
Ken... Nama itu bergema di hatinya.
Mungkin ia memang harus pulang, kembali ke tanah airnya.
Semoga... Lelaki itu tidak berkhianat...
***
Aleta hanya mampu menghela napas. Ken, lelaki itu, tidak ikut menjemputnya. Tebakannya mungkin betul. Lelaki itu telah melupakannya.
Terlepas dari itu, ibunya yang menjemputnya ia sambut dengan peluk. Rindu, sudah tentu.
Aleta sudah menyiapkan hati jika Ken memang sudah melupakannya.
"Ken ada urusan, honey..."
Aleta tersenyum kecut. Ia sudah menduga ibunya akan berkata seperti itu.
"Don't worry, mum... Let's go home..."
***
Gadis itu menunggu. Menunggu dalam harap masa lalu. Menunggu di tempat itu, tempat mereka menggantung janji yang mungkin saja terpenuhi.
Angin berdesir, Ken tak kunjung datang. Aleta hanya mampu tersenyum pahit. Yah... Mungkin saja Ken memang telah melupakannya. Lagipula, banyak lelaki yang mengejarnya, kan?
Aleta mulai beranjak. Ken memang tak pernah mengingat janji. Senyum Aleta pedih, menyimpan banyak sedih akan janji tak terpenuhi.
Ah, mungkin saja Ken telah mendapat yang lebih baik darinya? Ia tak peduli, ia tak ingin tahu. Aleta melangkah berat.
Greppp...
Sebuah pelukan hangat dari belakang, di punggungnya. Tangan lelaki itu melingkar di bahunya erat, Aleta merasakan itu. Langkahnya terhenti. Ia mencium wangi yang amat dikenalinya.
"Ken..." Aleta bergumam, nyaris berbisik. Tak berani memaku harap.
"Ya, ini aku, Aleta..."
Hati gadis itu bergetar mendengar lelaki yang ditunggunya, yang dirindukannya, memanggil namanya. Bibir gadis itu membentuk senyum bahagia, menggantikan senyum pahitnya.Tangannya menyentuh punggung tangan lelaki yang memeluknya itu, meremasnya perlahan. Aleta berbalik.
Wajah yang dirindukannya.
Senyum di wajahnya melebar. Disentuhnya lembut wajah Ken, tiap detail wajahnya dia ingat, menyegarkan kenangan manis yang lama berlalu.
"I miss you Ken, I love you..." bisik Aleta.
"Me too..." Ken balas berbisik.
Desir angin mengiringi dua anak manusia yang tengah melepas rindu, merasakan manisnya cinta.
Love can make you suffer, but love is sweet too, can make you charmed...
Cinta dapat membuatmu menderita, tapi cinta pun manis, bisa membuatmu bahagia...
THE END
Bagaimana? Romantis? Aku heran sendiri sih. Jatuh cinta juga ga pernah, gimana coba bisa bikin cerpen cinta? Aneh kan? Abaikanlah.
Bye... Comment ya!
No comments:
Post a Comment
Leave a trace if you want!