Oya, jika pengen lihat part sebelumnya:
Kalo lupa aja palingan... wkwk.![]() | ||
Wait For You |
"Lo jahat! Alan, lo jahat!" Elley mendorong-dorong tubuhku. Membuatku semakin heran.
"Elley! Lo kenapa sihhh?" Nada dalam suaraku mendesak.
"Lo jahat tau gak Lan, lo itu ngasih gue harapan doang. Lo jahat, lo jahat!"
"Maksud lo apa, Ley?" tanyaku prihatin, menatapnya yang sudah berurai air mata.
"Lo tau gak sih Lan, gue suka sama lo! Gue cinta sama lo! Lo selalu ngasih gue perhatian, tapi apa??? Lo ternyata udah punya orang lain! Kalo gitu kenapa lo harus ngasih gue harapan?"
Aku terpaku.
Elley menyukaiku?
Elley berjalan menjauh sambil menutup wajahnya. Dan aku masih saja terpaku. Bingung atas semua yang terjadi.
Elley menyukaiku?
***
Aku merasa bersalah pada Elley. Apa iya aku terlalu memberi harapan?
Atau dia yang terlalu pede? Bahwa aku juga menyukainya?
Tapi hatiku dari dulu -kusadari- memang untuk Clara. Tidak berubah. Benar-benar tidak berubah.
Dan kenapa Elley menyangka aku menyukainya?
Apa aku sejahat itu? Iya? Aku sejahat itu? Tidak ah. Tidak, aku tidak sejahat itu.
Tapi aku pikir-pikir lagi, aku memang sejahat itu.
Clara... Ya, Clara kutinggalkan tanpa status jelas. Iya, sahabat, betul. Betul kami sahabat. Tapi... Aku memberontak. Aku mencintainya. Dan dengan hanya status sahabat, bisa saja kan dia sudah punya pacar lain?
Aku kan tidak mengikatnya. Dia bebas. Dia bisa saja kemana-mana, kecuali jika aku yang mengikat hatinya.
Sepertinya aku terlalu percaya diri.
Berharap Clara belum dimiliki orang lain... Mana mungkin? Cibir otakku. Secara logika dia nyaris sempurna dan banyak lelaki mengantri padanya, huh? Mana mungkin dia belum dimiliki?
AHHH! Aku menyesal meninggalkannya begitu saja. Lost contact, lagi!
***
Elley tidak mau berbicara denganku lagi. Ck, aku merasa aku berengsek.
"Hello bro,"
Kutolehkan wajahku. Seorang senior lelaki yang sangat terkenal di universitas. Tampan dan berkarisma.
"Elley's friend, right?"
"Yeah?" jawabku. Tepatnya jawab dan tanyaku.
"Can you help me?"
***
Senior itu menyukai Elley.
Itulah yang kusimpulkan setelahmendengarkan cerita panjang lebar sang senior. Dan senior bernama Danny itu berharap aku menjodohkannya dengan Elley.
Cintaku saja belum selesai, mau mengurusi cinta orang lain?! begitu pikirku.
Tapi Danny begitu memelas, aku ragu untuk tidak membantunya. Siapa tau hukum karma benar-benar berlaku... Jika kedua orang bisa bersatu, aku dan Clara juga... Ahaha, pipiku memerah memikirkannya.
Ya Tuhan... Clara. Apa kabar ya dia? Baikkah? Masih sehat? Makan teratur?
Sesuatu menyodok hatiku.
Emangnya aku siapa?
Aku bukan pacarnya. Hanya sahabatnya. Pantaskah aku begitu mengkhawatirkannya?
Ah, biarlah! Yang penting aku memikirkan cara mendekatkan senior itu dengan Elley.
Semangat, Alan!
Cintaku saja belum selesai, mau mengurusi cinta orang lain?! begitu pikirku.
Tapi Danny begitu memelas, aku ragu untuk tidak membantunya. Siapa tau hukum karma benar-benar berlaku... Jika kedua orang bisa bersatu, aku dan Clara juga... Ahaha, pipiku memerah memikirkannya.
Ya Tuhan... Clara. Apa kabar ya dia? Baikkah? Masih sehat? Makan teratur?
Sesuatu menyodok hatiku.
Emangnya aku siapa?
Aku bukan pacarnya. Hanya sahabatnya. Pantaskah aku begitu mengkhawatirkannya?
Ah, biarlah! Yang penting aku memikirkan cara mendekatkan senior itu dengan Elley.
Semangat, Alan!
***
"Elley..."
"Go away!" pekik Elley. "Go away from here!"
"Elley, please hear me..."
"Can you go away?" Elley memandangiku, berkaca-kaca. Aku merasa sedikit kasihan padanya. Sedikit-banyak aku mengerti perasaannya. tentu saja dia sangat malu. Aku tahu.
"I need to talk to you, Elley. Please. One more time."
"Okay," dia menyerah. "What?"
"Can you meet me on this resto?" Aku memebrikan secaraik kertas padanya. "Must be."
"For what?" pekiknya lagi. "You want me to know your girlfriend?"
"Shut up. She is not my girlfriend now." jawabku. "But that's not the point."
"Let yours see." ia mengangkat bahu.
***
Malam itu aku tidak tahu kejadiannya, tapi paginya berita itu sudah meneybar.
"Hei! Danny is has girlfriend," seorang gadis mendesah kecewa pada temannya.
"I know, so what?"
"Uh, you must..."
Nah, benar, sudah menyebar!
Apa aku cukup pintar, huh?
***
To be Continued
Menurut kalian gimana? Aku sendiri pusing karna makin lama ceritanya makin weird, gak jelas! Pusing deh. Ada ide cerita?
Ceritanya malah melantur kemana-mana sih. Padahal aku berusaha agar fokus ke tokoh utamanya.
AHHH. Kita lihat nanti lah. Bikin konflik baru lagi mungkin seru.
Pendek ya? maaf deh. Lagian juga gak ada yang baca, haha. Jadi emang gak terlalu niat.
Yah, let's see the next part. Mungkin aku balik ke Clara-nya.
Bye. See you in next part!
No comments:
Post a Comment
Leave a trace if you want!