Bagian 1/Bagian 2/Bagian 3/Bagian 4/Bagian 5/Bagian 6
Alan Point of View
Aku memutuskan untuk pulang. Ya, pulang. Kembali ke Indonesia. Aku sangat merindukan Clara, dan aku benar-benar harus memastikan hatinya.
Siapa yang tahu jika dia sudah memiliki kekasih atau belum? Kuharap belum dan aku memiliki kesempatan.
Indonesia
Clara Point of View
Aku tahu bahwa aku tidak bisa selalu menanti. Aku menyadarinya.
Dunia memang suka mempermainkanku. Aku sangat terkejut-- kukira kau juga-- saat mendapat satu pesan.
Gawat Cla! Alan... Alan kecelakaan. Padahal dy baru pulang dari bandara. Pas otw rmh lo dia kecelakaan... RS Karina.
Ini memang sudah gila. Aku tak tau dan tak tahan lagi. Kecelakaan? Gila. Dan Alan pulang? Kapan? Kenapa aku tidak tahu?
Ah, sial!
Aku segera bergegas... Ke RS Karina tentunya, dengan panik dan kaget. Juga kesal yang langsung kukesampingkan.
Bruk!
"Ouch!"
Sial, sejak kapan benda ini ada di situ? Membuat tersandung saja sih! Dengan berangas aku menyingkirkannya dan berlari ke luar.
***
Sumpah deh. Hidup penantian itu sama sekali ngga enak.
Siapa juga bilang enak.
Ini kedua kalinya aku menanti. Lagi. Menanti lagi dan lagi. Dan aku benci menanti terus-terusan, karena penantian berarti menunggu dan menunggu membuatku merasa ada sesuatu yang kosong di sudut hatiku. Ada yang kurang, yang aku nantikan itu.
"Udahlah, Cla. Santai aja. Alan gak akan kenapa-napa kok," Tante Lisa, ibu Alan, mengelus rambutku. Aku menyusut air mata. Kutolehkan kepala pada Tante Lisa.
"Tante, kenapa aku ngga tau kalau Alan pulang?"
"Nanti kamu tanya sama Alan sendiri saja ya sayang." Tante Lisa mengusap pipiku. "Udah dong, jangan nagis. Ingat kan, Alan paling gak suka liat kita nangis?"
Aku memaksakan tersenyum. Alan, ya, Alan jadi tokoh utama dalam pikiranku.
"Kamu nangis?" tanya Alan. Aku menghapus air mata kasar.
"Ngga!"
"Iih, kamu nangis! Kamu kayak mama aja sih. Aku ngga suka liat cewek nangis! Kemaren mama juga nangis gara-gara papa. Mama aneh, untuk apa nangis karna papa? Kamu juga, ngapain nangis karena nilai jelek doang. Kalian aneh!"
"Ih!" Aku protes. "Mama kamu wajar dong nangis. Kenapa gak boleh? Nangis itu kan bebas!"
"Tapi kan gak harus depan aku juga. Inget ya, ngga boleh nangis karena hal sepele lagi! Janji?" Ia mengancungkan kelingkingnya.
Aku mengaitkan kelingkingku. "Janji!"
Dari belakang Alan, aku melihat Tante Lisa dan tersenyum padanya. Tante Lisa balas tersenyum dan mengancungkan jempolnya padaku.
Tanpa sadar aku tersenyum kecil mengingat masa kecilku. Kala itu aku masih kelas 1 SD dan Alan kelas 2 SD. Kami seumuran, tapi dia masa TKnya lebih singkat dariku.
Dokter sudah keluar dan tersenyum pada kami. Aku dan Tante Lisa bangkit. "Gimana dok?" tanya Tante Lisa.
"Alan baik, bisa dijenguk," ucap dokter itu pendek. Namun ada senyum di wajah si dokter. Mungkin rasa puas menyelamatkan pasiennya?
Aku dan tante Lisa memasuki ruang rawat Alan. "Kamu ngga apa, nak?"
Alan menggeleng. "Hai, Clara,"
"Mama beli minum dulu ya." Tante Lisa seolah mengerti dan membiarkan kami berdua.
Setelah Tante keluar, aku beralih ke Alan. "Kenapa lo ngga bilang kalo balik?"
Alan tertawa kecil. "Memangnya gue harus bilang? Emang lo siapa gue?"
Benar. Memangnya aku siapanya Alan? Mendadak mataku perih, air mata ingin keluar. Namun aku menahannya hingga mataku merah.
"Lo ngga papa kan?" Aku mengalihkan pandangan dari matanya dan berpura-pura mengatur meja. Alan tertawa. Dia menyentuh pipiku dan mengalihkan wajahku padanya.
"Udahlah, Cla. Santai aja. Alan gak akan kenapa-napa kok," Tante Lisa, ibu Alan, mengelus rambutku. Aku menyusut air mata. Kutolehkan kepala pada Tante Lisa.
"Tante, kenapa aku ngga tau kalau Alan pulang?"
"Nanti kamu tanya sama Alan sendiri saja ya sayang." Tante Lisa mengusap pipiku. "Udah dong, jangan nagis. Ingat kan, Alan paling gak suka liat kita nangis?"
Aku memaksakan tersenyum. Alan, ya, Alan jadi tokoh utama dalam pikiranku.
"Kamu nangis?" tanya Alan. Aku menghapus air mata kasar.
"Ngga!"
"Iih, kamu nangis! Kamu kayak mama aja sih. Aku ngga suka liat cewek nangis! Kemaren mama juga nangis gara-gara papa. Mama aneh, untuk apa nangis karna papa? Kamu juga, ngapain nangis karena nilai jelek doang. Kalian aneh!"
"Ih!" Aku protes. "Mama kamu wajar dong nangis. Kenapa gak boleh? Nangis itu kan bebas!"
"Tapi kan gak harus depan aku juga. Inget ya, ngga boleh nangis karena hal sepele lagi! Janji?" Ia mengancungkan kelingkingnya.
Aku mengaitkan kelingkingku. "Janji!"
Dari belakang Alan, aku melihat Tante Lisa dan tersenyum padanya. Tante Lisa balas tersenyum dan mengancungkan jempolnya padaku.
Tanpa sadar aku tersenyum kecil mengingat masa kecilku. Kala itu aku masih kelas 1 SD dan Alan kelas 2 SD. Kami seumuran, tapi dia masa TKnya lebih singkat dariku.
Dokter sudah keluar dan tersenyum pada kami. Aku dan Tante Lisa bangkit. "Gimana dok?" tanya Tante Lisa.
"Alan baik, bisa dijenguk," ucap dokter itu pendek. Namun ada senyum di wajah si dokter. Mungkin rasa puas menyelamatkan pasiennya?
Aku dan tante Lisa memasuki ruang rawat Alan. "Kamu ngga apa, nak?"
Alan menggeleng. "Hai, Clara,"
"Mama beli minum dulu ya." Tante Lisa seolah mengerti dan membiarkan kami berdua.
Setelah Tante keluar, aku beralih ke Alan. "Kenapa lo ngga bilang kalo balik?"
Alan tertawa kecil. "Memangnya gue harus bilang? Emang lo siapa gue?"
Benar. Memangnya aku siapanya Alan? Mendadak mataku perih, air mata ingin keluar. Namun aku menahannya hingga mataku merah.
"Lo ngga papa kan?" Aku mengalihkan pandangan dari matanya dan berpura-pura mengatur meja. Alan tertawa. Dia menyentuh pipiku dan mengalihkan wajahku padanya.
***
"Clara, bangun!!!"
Aku tersentak, melihat sekelilingku. Lho, kamarku? Bukannya tadi aku ada di...
Astaga, itu cuma mimpi! Aku baru menyadarinya. Dan... Suara yang membangunkanku...
"ASTAGA!"
Sumpah, aku nyaris jantungan. Wajahnya begitu dekat...
"HUAAAA!"
Aku berteriak. Tidak terlalu keras sih, tapi tetap saja itu teriakan. Dia... Alan? Bagaimana bisa? Dia ada di kamarku dan membangunkanku? Apa aku masih tidur? Ini mimpi?
Alan (sungguh, dia?) menepuk-nepuk pipiku. "Ya ampun, ngga usah segitunya dong. Muka gue emang ganteng, ngga usah histeris lah,"
Aku memutar bola mataku. Masih aja narsis setelah beberapa tahun ini, huh? Tapi... Ini Alan? Sungguh? Dia... Kenapa bisa di Indonesia?
"Kapan pulang?" Aku menyingkirkan selimutku dan bangun terduduk disampingnya, lalu mengikat rambutku. Sekilas aku melihat ia terbengong melihatku. Aku memalukan ya? Tapi kan dari dulu kami sering saling main ke kamar...
Eh, tunggu, jangan salah paham dulu. Cuma ngunjungin kamar doang kok! Oke oke oke?
"Kenapa sih?" tanyaku lagi. Dia tersadar dan nyengir. "Ngga kok... Tadi lo ngomong apa?"
"Ck," ucapku kesal. "Kapan pulang?" Aku mengambil sebuah buku dari atas meja. Oh, komik dong tentunya. Kubuka sekilas.
"Baru aja,"
"Apa?!" Aku membelalakan mataku. "Baru aja? Lo..."
"Iya, gue dari bandara langsung kesini,"
"Ngapain?"
"Eeh..." Dia terlihat kikuk. "Mama gue ada di sini. Jadi di rumah ngga ada orang, gue langsung ke sini aja,"
Ada bagian di hatiku yang mencelos kecewa, tapi aku mengabaikannya. "Ya udah. Gue mau mandi dulu, lo bisa keluar kan?"
Alan yang sedang melihat foto-foto di pigura yang terpajang di kamarku menoleh cepat lalu mengangguk. "Oke," dia keluar.
Alan yang sedang melihat foto-foto di pigura yang terpajang di kamarku menoleh cepat lalu mengangguk. "Oke," dia keluar.
Dia sungguh kembali? Balik? Ke sini?
Kucubit pipiku. Sakit.
Astaga, ini bukan mimpi kan?
To Be Continue
DEMI TUHAN INI FREAK BANGEEEEETTTT!!! TADINYA yang alan kecelakaan itu mau dibuat asli, tapi lama lama makin freak aja jadi dibuat mimpi aja xD oke oke makin aneh aja kan? Tapi kali ini udah ada gambaran kok buat kelanjutannya xD
Sayangnya sih kisah ini emang freak total. Dari awal ini bener bener gak terencana, freaknya langsung-langsungan, pokoknya dari This... gak jelas taun 2013 sampe 2014 ini... Ya Tuhan gak selese-selese aja! Ini gara gara This... nan aneh itu. Jadinya bikin WFY yang pasaran dan gak mutu dan gak ada isinya ini kaaaannn????
Hah, entah deh, pokoknya thanks to God akhirnya saya berhasil tahu gambaran kisah selanjutnya ._.v
See you on 7th!
No comments:
Post a Comment
Leave a trace if you want!