Prekuel Anyelir Merah
Was Yours
I was yours, but now...
Izzy menatap kagum segala yang terpampang di hadapannya."This is really great! Where are you get know its all?"
Pemuda yang sedang duduk di belakang Izzy tersenyum. "Bukan hal besar... Tapi cantik, kan?"
"Really beautiful!" pekik Izzy riang. "Dari mana kamu menemukan tempat ini?"
"Sudah kukatakan, bukan hal yang besar," jawab pemuda itu. "Aku menemukannya begitu saja, tanpa cara."
"But this..." Izzy memotong ucapannya. "Is really really great!"
"I know," sahut pemuda itu. Dipetiknya satu dari sekian bunga yang terhampar di depan mereka. "Anyelir merah. Untuk seseorang yang kukagumi."
Wajah Izzy memerah. "Thanks, Jason," jawabnya pelan dan menerima bunga itu.
Jason menarik lembut rambut Izzy yang menutupi wajahnya dan menyelipkannya di balik telinga izzy. "Kamu cantik," pujinya. "And I love you so much."
"I love you too," sahut Izzy, nyaris tak terdengar.
---
"Ke mana dia?"
"Aku tidak tau," gadis itu menjawab gugup. "Emm..."
"Jawab yang jujur!"
Gadis yang dibentak itu bergetar takut. "Ka-katanya... Jason... Pergi..."
"Ke mana?"
"A-aku tidak tahu..." Gadis yang dibentak Izzy sudah mengkerut sangking takutnya.
"Ke mana?" Suara Izzy melemah.
"Ke luar negeri... Tapi aku tidak tahu ke mana,"
Tanpa kata, Izzy segera pergi dari depan gadis itu. Gadis itu hanya memandanginya takut-takut dari jauh.
"Thank you," Seorang pemuda keluar dari balik meja.
"Kamu kejam, Jason!" pekik gadis itu. "Apa yang kamu lakukan? Dia sangat mencintaimu,"
"Dia mulai menyebalkan, Liz," Jason mengecup pipi gadis yang 'melindungi'nya itu. "Kamu yang sekarang ada di depanku."
"Jangan memanfaatkanku, Jason," geram Liz, "Dan jangan pernah memperlakukanku seperti gadis yang bisa dipermainkan playboy sepertimu! Kamu mempermainkan sahabatmu sendiri, Izzy, dan sekarang?"
"Aku tidak mempermainkannya,"
"Dia tulus menyukaimu! Dan kamu memperlakukannya seolah-olah dia barang murahan yang bisa dicampakkan begitu saja! Sebenarnya apa maumu?"
Mendadak, Izzy muncul dari persembunyiannya. Dia mendengarkan perakapan keduanya sejak tadi. Matanya berkaca-kaca.
"Jadi begitu?" Suaranya bergetar. Jason tidak membalas ataupun membantah. Hanya diam.
"JADI BEGITU!" bentaknya. Kemudian Izzy pergi tanpa menoleh lagi.
"Kamu puas?" sinis Liz pada Jason. "Kamu puas sudah menyakitinya, begitu?"
"Kamu tahu itu bukan mauku, Liz,"
"Yah, itu mau egomu," jawab Liz makin sinis. "Ini terakhir kali aku membantumu. Kamu benar-benar tega. Ada cara lain yang lebih baik dan tidak menyakitinya, kenapa kamu mau melakukan ini semua?"
"Jawabannya simpel," sahut Jason pelan. "Karena aku..."
"Mencintainya?" sambar Liz sinis. "Kamu membuatnya mengira kamu membencinya. Itu yang kamu inginkan?"
Jason beranjak tanpa menjawab pertanyaan yang tak akan pernah bisa dijawabnya.
16:54
10 Juli 2014
No comments:
Post a Comment
Leave a trace if you want!